Wednesday, May 11, 2011

Perilaku dalam pemotretan foto HI (Human Interest)

Saya membuat tulisan ini atas permintaan seorang sahabat saya :p.



Disini saya tidak menulis apa itu foto human interst atau bagaimana teknis dalam pengambilannya,tetapi lebih menekankan perilaku kita sebagai tamu di tempat orang. Perlu disadari kita adalah tamu dan objek kita adalah tuan rumahnya, dimana tuan rumah memiliki hak untuk tidak mau difoto, hal ini harus dipahami lebih dulu. Sudah sewajarnya sebagi tamu kita kita harus mengenalkan diri dulu ke tuan rumah maksud dan tujuan, permisi ingin mengambil beberapa gambar, urusan itu nanti disetujui atau tidak kita harus mematuhinya. Jangan takut akan mendapatkan foto yang tidak natural dalam pengambilan foto HI bila kita memeprkenalkan diri terlebih dahulu, malah saya rasa orangnya malah lebih enjoy dan tidak menaruh curiga ke kita.

Ada pengalaman pribadi saya waktu di Sunda Kelapa ingin memotret seorang penjahit keliling dengan sepedanya, saya dekati beliau lalu meminta ijinnya, apa katanya " Wah mas saya suka sekali bila orang meminta ijin dulu, kalo orang lain saya akan marah bila motret saya tanpa ijin dulu". lalu terjadilah perbincangan yang hangat sambil saya mengambil gambar-gambar.
Siapa bilang foto HI harus menggunkan lensa panjang-panjang super zoom? saya malah banyak ngambil pake 12-24 mm, 35 mm dan 50 mm, lah punyanya itu doang wkwkwkwwk.
Biasanya bila kembali untuk kedua kalinya ke tempat yang sama , saya sempatkan untuk mencetak beberapa foto yang saya ambil dan lalu memberikan kepada yang bersangkutan. Responnya adalah sangat menggembirakan dan pastinya kita disambut lebih hangat lagi, dan aku lebih leluasa untuk mengambil gambar-gambar lagi :).

Okay segitu aja dulu , selamat berhunting ria foto-foto Human Interest.
Oh ya, untuk sekedar pemikira aja, foto human interst beda dengan "Street hunting" loh ya ...apa itu Street Hunting?" nanti deh kulanjutin lagi kalo ada permintaan wkwkwkwkw












Harus tau rasanya baru bisa masak...



Kemaren saudara saya dari kalimantan datang berkunjung membawa kamera DSLR salah satu merk terkenal. Bisalah sesama hobi fotografi akhirnya kita terlibat dalam satu pembicaraan yang bersifat teknis, seperti bagaimana metering kamera itu bekerja, bagaimana membuat bokeh, apa bedanya dengan blur dan lain-lain. Tetapi semakin dalam kita berbicara saya semakin tahu bahwa ternyata teknis akan percuma saya berikan bila seseorang yang baru belajar fotografer tidak tahu apa yang harus diperbuat dengan moment atau objek yang ada didepannya. Mengapa saya bilang begitu karena pada saat saya memberti tahu cara membuat foto siluet timbul pertanyaan dari saudara saya, "Foto siluet gini untuk apa ya?", "Kapan foto dibuat bluring", "kapan kita gunakan bukaan besar?" . Pertanyaan-pertanyaan ini menggelitik saya. Akan percuma bila saya teruskan dengan pembicaraan teknis. 

Saran saya bila merasa termasuk golongan orang-orang yang sperti ini adalah memperbanyak melihat foto-foto sebagai referensi dan memilah-milah foto mana yang dianggap bagus, baru memikirkan bagaimana kira-kira teknis dalam pembuatan foto tersebut. 

Seorang koki yang jago masak sudah pasti tau rasanya masakan yang enak dan yang tidak enak, begitu pula seorang fotografer, bagaimana membuat foto bagus bila dia juga tidak tahu foto yang bagus seprti apa :)

Sebagai referensi baca juga : "Membuat foto seperti yang Kita Inginkan"